Hikmah Tersembunyi di Hari Tasyrik: Merajut Taqwa dan Kebaikan Setelah Kurban


Oleh : Lutfi Hidayatul Amri
(Pegiat Literasi dan Kader Muda NU Bondowoso)

Teropongargopuro.blog.com: Hari Raya Idul Adha selalu identik dengan penyembelihan hewan kurban dan semangat berbagi. Namun, tak banyak yang menyadari bahwa puncak perayaan Idul Adha sebenarnya berlanjut selama tiga hari setelahnya, yang dikenal dengan Hari Tasyrik. Hari-hari istimewa ini jatuh pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Lebih dari sekadar waktu untuk menikmati hidangan daging kurban, Hari Tasyrik menyimpan hikmah mendalam yang dapat merajut takwa dan menguatkan kebaikan dalam diri seorang Muslim.
Hari Makan dan Minum, Hari Dzikir
Salah satu karakteristik utama Hari Tasyrik adalah larangan berpuasa. Rasulullah ﷺ dengan tegas menyatakan:
عَنْ نُبَيْشَةَ الْهُذَلِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ"
"Dari Nubaisyah Al-Hudzali radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, 'Hari-hari Tasyrik adalah hari-hari makan, minum, dan berzikir kepada Allah Azza wa Jalla.'" (HR. Muslim no. 1141)
Hadis ini secara gamblang menunjukkan bahwa Hari Tasyrik adalah saat untuk bersyukur atas nikmat Allah, khususnya nikmat makanan dan minuman. Larangan puasa pada hari ini merupakan wujud kemudahan (rukhsah) dari Allah dan penekanan pada aspek kegembiraan serta syukur. Ini bukan berarti kita bebas dari ibadah, justru sebaliknya, kita diperintahkan untuk memperbanyak dzikir kepada Allah.
Dzikir Tasyrik: Mengikat Hati dengan Rabb
Dzikir yang paling utama di Hari Tasyrik adalah Takbir Mutlak (yang terus menerus tanpa terikat waktu sholat) dan Takbir Muqayyad (setelah sholat fardhu). Takbir Muqayyad dimulai sejak sholat Subuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga sholat Ashar akhir Hari Tasyrik (13 Dzulhijjah). Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 203:
"وَاذْكُرُوا اللّٰهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ ۚ"
"Dan berzikirlah kepada Allah pada hari-hari yang ditentukan jumlahnya."
Ayat ini, menurut mayoritas ahli tafsir, merujuk pada Hari Tasyrik. Ini menunjukkan bahwa meskipun larangan puasa, hari-hari ini adalah momentum emas untuk memperbanyak dzikir. Dzikir di Hari Tasyrik adalah manifestasi syukur atas karunia kurban dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam kesibukan menikmati hidangan dan berkumpul bersama keluarga, kita diajarkan untuk tidak melupakan Dzat Pemberi Rezeki. Ini adalah momen untuk mengikat hati dengan Allah, menyadari bahwa setiap kelezatan dan kebahagiaan berasal dari-Nya.
Hikmah Tersembunyi: Merajut Taqwa dan Kebaikan
Syukur atas Nikmat: Larangan puasa dan perintah makan-minum adalah bentuk ajakan untuk mensyukuri nikmat Allah yang melimpah, terutama setelah ibadah kurban yang penuh keberkahan. Rasa syukur inilah pondasi utama ketakwaan.
Memperkuat Silaturahim: Hari Tasyrik adalah waktu yang tepat untuk mempererat tali persaudaraan. Berbagi daging kurban, mengunjungi sanak saudara, dan makan bersama adalah praktik yang sangat dianjurkan. Ini adalah cerminan dari semangat Idul Adha yang menyatukan hati dan menghapus sekat sosial, mengamalkan firman Allah dalam Surah Al-Hujurat ayat 10: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara."
Refleksi Pengorbanan: Setelah kurban disembelih, Hari Tasyrik menjadi waktu untuk merenungkan makna hakiki dari pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail. Bukan hanya penyembelihan fisik, tetapi penyembelihan nafsu dan ego demi ketaatan penuh kepada Allah. Refleksi ini akan memperdalam takwa kita, sebagaimana Allah firmankan dalam Surah Al-Hajj ayat 37:
"لَن يَنَالَ اللّٰهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمُ ۚ"
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya."
Keseimbangan Hidup: Islam mengajarkan keseimbangan antara ibadah dan menikmati karunia dunia. Hari Tasyrik menunjukkan bahwa beribadah bukan berarti menolak kenikmatan, melainkan menikmati kenikmatan itu dengan tetap mengingat dan bersyukur kepada Sang Pencipta. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang wasatiyyah (moderat) dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan Berbagi: Daging kurban yang dibagikan pada Hari Tasyrik mengajarkan kita tentang pentingnya kepedulian sosial dan berbagi rezeki dengan yang membutuhkan. Ini adalah praktik nyata dari kebaikan yang harus terus dilanjutkan setelah Idul Adha berlalu, menanamkan nilai-nilai tolong-menolong dan solidaritas sosial.
Penutup
Hari Tasyrik bukan sekadar "libur tambahan" atau "hari bebas makan". Ia adalah tiga hari penuh hikmah yang melanjutkan spirit Idul Adha. Di dalamnya terkandung pelajaran tentang syukur, pengorbanan batin, pentingnya dzikir, dan penguatan ukhuwah. Dengan memahami dan menghidupkan Hari Tasyrik, kita tidak hanya merayakan hari raya, tetapi juga merajut takwa yang lebih dalam dan mengukir kebaikan yang tak lekang oleh waktu, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ dan para salafus shalih.
Mari kita manfaatkan hari-hari mulia ini dengan sebaik-baiknya, memperbanyak dzikir, makan dan minum dengan syukur, serta terus menyebarkan kebaikan kepada sesama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Luar Biasa! Sebagai Upaya besarkan Nama NU, Banser Kecamatan Pakem Dirikan Usaha Sekaligus Kantor

Membaca Peluang Koperasi Desa Merah Putih : Antara Harapan dan Kegagalan

MWC NU Pakem Bondowoso Bersama Banom Gelar Rutinan Perdana di Desa Tertinggi Wilayahnya